Binjai(MedanPunya) Plt Direktur RSUD Djoelham, dr Romy Ananda Lukman akan menelusuri dugaan buruknya pelayanan yang dilakukan oleh salah seorang dokter spesialis anak.
Diketahui akibat dugaan buruknya pelayanan tersebut, seorang anak bernama Muhammad Adzriel Pramana berusia 11 bulan, meninggal dunia di RSUD Djoelham.
“Pada kejadian itu, saya belum Plt Direktur RSUD Djoelham. Akan kami telusuri hal tersebut,” ujar dr Romy, Senin (10/3).
“Mohon bersabar dan kerjasamanya, untuk saran yang membangun bagi RSUD Djoelham,” sambungnya.
Dikabarkan, kabar miring kembali menerpa RSUD Djoelham Binjai yang berada di Kelurahan Satria, Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai, Sumatera Utara.
Pasalnya seorang anak bernama Muhammad Adzriel Pramana berusia 11 bulan, meninggal dunia diduga karena buruknya pelayanan yang ada di rumah sakit umum daerah milik pemerintah tersebut.
Hal ini disampaikan oleh orang tua korban Agung Pramana saat diwawancarai wartawan.
“Kejadian pada saat itu tanggal 13 Januari 2025. Di mana anak saya kondisinya ngedrop sesak, batuk sudah dua Minggu. Mulanya kami bawa ke RS Tentara Binjai dan langsung masuk ke ruang IGD. Anak saya langsung diperiksa, tapi dokter mengatakan anak saya harus dirujuk ke RSUD Djoelham,” ujar Agung.
Lanjut Agung, alasan anaknya dirujuk ke RSUD Djoelham karena, di rumah sakit milik pemerintah ini ada ruang PICU atau ruangan perawatan intensif untuk anak-anak.
“Kami pun langsung bergegas membawa anak kami ke RSUD Djoelham. Sesampai di RSUD, anak saya langsung dimasukkan ke dalam ruangan IGD, diberikan oksigen dan infus. Sedangkan saya langsung melakukan pendaftaran BPJS,” ujar Agung.
Agung pun menceritakan, jika anaknya kehausan. Namun pihak rumah sakit pada waktu itu melarang untuk dikasih minum.
“Anak saya pun diambil sample darahnya untuk diperiksa ke laboratorium. Kurang lebih dari satu jam, hasil labnya pun keluar. Jika anak saya katanya sel darah putihnya sudah melampaui batas sekitar 20 ribu, lebih banyak dari darah merahnya,” ucap Agung.
Atas hal tersebut, Agung mengatakan jika anaknya harus dirawat secara intensif diruang PICU.
“Mulanya lagi anak saya jika makan dan minum harus melalui selang dari mulut. Namun kenyataanya melalui hidung. Gitu pun pihak rumah sakit ada meminta tandatangan kami selaku orangtua untuk menyetujuinya,” ujar Agung.
“Jika itu yang terbaik lakukanlah kami bilang. Terus mereka (tim medis) bilang tentu kita akan berikan yang terbaik. Setelah saya menyetujuinya, dokter spesialis anak yang menangani, tidak dengan dokter yang biasa jika anak saya berobat ke RSUD Djoelham,” sambungnya.
Agar tak bertele-tele, anak Agung pun dirawat diruang PICU. Sejumlah alat dipasang ditubuh anaknya untuk mengetahui detak jantung dan pernapasan.
Namun kondisi Adzriel makin memprihatinkan. Menurut Agung detak jantung anaknya sudah tidak normal, yaitu 300 perdetik.
“Yang mengecewakannya lagi dokter spesialis anak tidak kunjung datang. Hanya perawat jaga saja yang ada diruangan PICU tersebut. Sampai keesokan harinya di tanggal 14 Januari 2025, tepatnya di pagi hari, kami tanyakan sama perawat jaganya mana dokter spesialisnya kenapa belum datang juga,” kata Agung.
Dengan enteng perawat itu menjawab, jika dokter spesialis itu terkadang datang cepat dan kadang datang lama.
Pada saat itu itu juga, Agung dan istrinya sangat gelisah melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk.
“Tepat pukul 10.00 WIB, kami kembali menanyakan lagi kenapa dokter spesialis belum juga datang untuk memeriksa kondisi kesehatan anak kami. Sampai pukul 11.00 WIB berlalu, dokter spesialis tidak juga datang,” ujar Agung.
Sedangkan itu, kondisi anak Agung makin tak berdaya. Pukul 12.00 WIB, Muhammad Adzriel Pramana meninggal dunia.***trb/mpc/bs