Washington(MedanPunya) Sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) berlayar di dekat Kepulauan Paracel yang menjadi sengketa di Laut China Selatan. Langkah ini menantang klaim China atas jalur perairan strategis itu dan langsung memicu peringatan dari militer China.
Pergerakan kapal perang AS yang bernama USS Mustin di Laut China Selatan ini dilakukan pada Kamis (27/8) atau sehari setelah China menembakkan rudal balistik ke perairan sengketa dalam uji tembak yang sedang digelarnya. Hal ini semakin menambah ketegangan AS dan China.
AS diketahui melakukan ‘operasi kebebasan navigasi’ secara rutin di area-area Laut China Selatan untuk menantang klaim wilayah China. Dalam pernyataannya, Armada Pasifik pada Angkatan Laut AS menyebut bahwa USS Mustin, yang merupakan kapal penghancur rudal jelajah, berlayar pada Kamis (27/8) waktu setempat ‘di sekitar Kepulauan Paracel untuk memastikan jalur pelayaran penting di area itu tetap bebas dan terbuka’.
Kepulauan Paracel, atau yang disebut Xisha oleh China, merupakan salah satu kepulauan diklaim sebagai bagian dari wilayah kedaulatan China.
Dalam responsnya pada Jumat (28/8) waktu setempat, militer China menuduh kapal perang AS memasuki ‘wilayah perairan China’ di dekat kepulauan sengketa itu ‘tanpa izin’. Juru bicara militer China, Li Huamin, menyatakan bahwa pasukan militer China melacak kapal perang AS itu dan memperingatkannya untuk pergi.
Ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas pada pekan ini saat China menggelar latihan militer di perairan sengketa banyak negara itu. Pada Selasa (25/8) lalu, China menuduh AS sengaja menerbangkan sebuah pesawat mata-mata jenis U-2 ke dalam ‘zona larangan terbang’ untuk mengganggu latihan militer China, yang melibatkan peluncuran rudal balistik.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS kemudian menuduh China memicu ketidakstabilan di kawasan dan memanfaatkan militernya untuk ‘klaim-klaim maritim yang melanggar hukum’ di Laut China Selatan. Pentagon mengecam keras latihan militer China dan uji tembak rudal balistik di kawasan.
Militer China dalam pernyataan pada Jumat (28/8) waktu setempat menyebut AS telah ‘berulang kali memprovokasi masalah di Laut China Selatan’ dan mendesak AS ‘untuk segera menghentikan tindakan provokatif semacam itu’.***dtc/mpc/bs